NPM : 13110176
KELAS : 1KA24
KELOMPOK 3
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :
a. menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
a. menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
b. menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah:
· Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya memberi penerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah(s.w.t) dan setiap manusia harus menaati Allah(s.w.t).
· Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
· Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
· Memainkan fungsi peranan sosial.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
II. Pelembagaan Agama
Menurut Elizabeth k. Mottingham,1954
· Masyarakat yang terbelakang dan nilai sacral masyarakat tipe ini kecil,terisolasi dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karena itu keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan sama.
· Masyarakat masyarakat pra industry yang sedang berkembang keadaan masyarakat tidak terisolasi,ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada system nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan social diisi dengan upacara upacara tertentu.
· Masyarakat industri secular masyarakat industri bercirikan dnamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupa, sebagian besar penyesuaian penyesuaian terhadap alam fisik,tetapi yang pentinng adalah penyesuaian penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri.
Pelembagaan agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsure unsure dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengindentifikasi pengaruh pengaruh kepercayaan didalam kehidupan sehari hari.
III. Study Kasus : Di dunia saat ini, kita menghadapi sejumlah besar ketidakjelasan dan ketidaktahuan. Setiap hari, dengan semakin meluasnya berbagai ilmu dan meningkatnya teknologi, serta pengaruh berbagai faktor terhadap kehidupan manusia, bertambah banyak pula pertanyaan yang semakin rumit di dalam benak seseorang. Dari sisi lain, dengan munculnya berbagai idiologi manusia dan usaha berbagai agama untuk memperluas ajaran-ajarannya, membuat masyarakat luas menghadapi berbagai syubhat dan ajaran-ajaran yang saling berbeda.
IV. Opini : Untuk itu penting sekali dibentuk pusat-pusat riset dan dakwah agama untuk menjelaskan hakekat agama dan ilmu pengetahuan yang konstruktif, dengan sistem dan metode yang baru; dan secara praktis dan spesialis, memberikan jawaban-jawaban terhadap berbagai pertanyaan dan syubhat yang ada.
V. Sumber-Sumber :
Herwantiyoko & Katuuk F. Neltje. 1997. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Gunadarma. Jakarta